Sabtu, 30 Agustus 2008

Gelombang Transformasi Telekomunikasi Global

Sungguh menarik membaca tulisan di harian Kompas terbitan 10 September 2006 pada rubrik Teknologi Informasi tentang Internet Telephony yang dikenal dengan nama Voice over IP (VoIP). Dengan VoIP yang sudah merambah luas ke berbagai negara di dunia, biaya percakapan tidak lagi mengenal batas geografi dan zona waktu seperti yang kita kenal dalam tarif biaya percakapan lewat saluran telepon konvensional.

Teknologi ini adalah terobosan awal dari komunitas internet untuk membuktikan bahwa jaringan IP, yang berbasis teknologi packet switching, sangat layak digunakan sebagai alternatif jaringan teleponi publik yang saat ini banyak digunakan dan berbasis teknologi circuit switching. Dengan perencanaan infrastruktur yang baik, banyak operator telekomunikasi besar di dunia memanfaatkan layanan teleponinya, baik SLJJ ataupun SLI pada jaringan VoIP dengan kualitas yang sangat baik.

Beberapa bulan terakhir di Indonesia, rencana penggelaran layanan 3G (third generation) menjadi topik pembicaraan hangat di kalangan masyarakat. Para operator telepon seluler mulai menggelar jaringan seluler berbasis teknologi 3G. Jaringan seluler generasi ketiga ini menjanjikan layanan data berkecepatan tinggi (kecepatan akses 384 kbps sampai dengan 2 Mbps) dan layanan berbasis multimedia (suara, data, dan video).

Infrastruktur 3G dikembangkan dan merupakan evolusi dari teknologi 2/2,5G yang lahir sebelumnya. Ada beberapa varian dari teknologi, dan yang paling populer di negara kita adalah Global System for Mobile communications (GSM). Kalau kita kaji evolusi 3G ke depan (Release 99, Release 4, dan Release 5), teknologi IP akan menjadi infrastruktur dasar untuk membangun jaringan 3G, mulai dari handset, jaringan radio, teknologi transpor, sampai switching dan value added service (VAS). Sekali lagi, teknologi IP menjadi pilihan infrastruktur utama jaringan telekomunikasi untuk layanan suara, data, video, dan mobilitas pada jaringan 3G setelah berhasil menjadi infrastruktur VoIP.

Melihat pertumbuhan yang cukup menjanjikan di teknologi komunikasi seluler dan perkembangan yang relatif stagnan di teknologi jaringan telepon tetap, menuntut operator telekomunikasi melihat kembali infrastruktur telekomunikasi seperti apa yang harus dibangun untuk mengantisipasi perkembangan teknologi ke depan dan dapat bersaing di dunia industri telekomunikasi. Sebagai transformasi industri, infrastruktur baru ini sering disebut dan dikampanyekan sebagai next generation network (NGN).

Fondasi IP

Dalam sebuah forum diskusi beberapa tahun lalu, beberapa perusahaan besar penyedia teknologi telekomunikasi menyampaikan visi mereka tentang NGN. Masing-masing perusahaan menyampaikan pendapatnya dari berbagai perspektif yang berbeda sesuai dengan latar belakang perusahaan tersebut.

Walaupun berbeda-beda dalam visi, ada satu hal yang menjadi pendapat umum dalam diskusi tersebut. Semua perusahaan tersebut menyatakan IP sebagai dasar untuk NGN. Jaringan NGN bukanlah suatu produk telekomunikasi, tetapi suatu kerangka kerja bagaimana sebuah operator telekomunikasi melakukan transformasi menjadi next generation operator."

Proses transformasi ini akan berbeda antara satu operator dan lainnya. Yang pasti, semua layanan telekomunikasi akan berbasis IP sehingga kita nanti akrab dengan layanan-layanan berbau IP ,seperti, Voice over IP, IP TV, Push to Talk, IP Virtual Private Network, Internet Messaging, IP Telepresence, dan akan banyak layanan baru yang tidak terbayangkan sebelumnya.

Kerangka kerja NGN kemudian diformalkan menjadi acuan standar yang dikembangkan oleh badan standardisasi telekomunikasi dunia. Dalam acuan ini ada tiga bagian utama untuk membangun NGN, yaitu lapisan dasar adalah IP untuk jaringan akses ke pelanggan dan jaringan transmisi jarak jauh. Dalam NGN, akses yang diberikan kepada pelanggan adalah akses berbasis broadband IP lewat wireless (WiFi, Wimax, WiBro, 3G) ataupun lewat saluran kabel (ADSL, Kabel TV, Ethernet).

Jaringan transmisi jarak jauh akan menggunakan jaringan IP yang berbasis serat optik. Fleksibilitas IP-lah yang memungkinkan IP digunakan pada berbagai media transmisi yang sudah digelar sebelumnya sehingga operator masih dapat menggunakan infrastruktur transmisi yang telah mereka gelar sebelumnya. Inilah salah satu alasan utama kenapa IP digunakan sebagai lapisan dasar dari NGN.

Lapisan kedua dari kerangka NGN adalah lapisan yang bertanggung jawab terhadap layanan (service) yang akan diberikan kepada pelanggan, dan dalam acuan ini disebut sebagai IP Multimedia Sub-Systems (IMS). Sistem IMS berfungsi sebagai pengendali utama terhadap semua layanan komunikasi berbasis NGN yang sifatnya adalah Quad Play Service (suara, data, video, dan mobility).

Sistem IMS akan mengatur semua elemen infrastruktur melayani pelanggan, baik untuk berkomunikasi di internal operator tersebut ataupun juga untuk berkomunikasi dengan operator lain (interkoneksi). Dengan IMS, para operator mulai mengembangkan layanan baru yang disebut dengan Fix Mobile Convergence (FMC). Salah satu aplikasi FMC adalah layanan teleponi bergerak (mobile) dengan menggunakan nomor tunggal untuk menggunakan akses WiFi dan jaringan komunikasi seluler.

Contohnya, ketika di rumah, pelanggan broadband internet bisa menggunakan koneksi hotspot membuat dan menerima panggilan telepon. Dengan pesawat yang sama dan nomor yang sama, pelanggan juga bisa menggunakan layanan selama berkendaraan dan selagi "nongkrong" di kafe yang mempunyai hotspot. Tidak ada lagi sekat-sekat antarteknologi, semua berkolaborasi memberikan layanan terbaik buat pelanggan.

Lapisan ketiga adalah lapisan yang bertanggung jawab terhadap informasi (content) untuk jaringan NGN. Subsistem ini yang akan berhubungan dengan penyedia informasi, seperti penyedia Informasi berbasis web (Google, Yahoo,MSN), musik (Sony, Billboard), dan video (HBO, Disneyland,ESPN).

Salah satu operator raksasa dunia seperti British Telecomm (BT) telah memublikasikan BT’s 21st century network (21CN) sebagai rencana untuk mengimplementasikan NGN sampai tahun 2008 di mana semua layanan akan menggunakan IP Network. Operator Telekomunikasi di Australia, Telstra, juga memublikasikan Telstra FNE (Future Network Evolution) sebagai pekerjaan besar untuk mentransformasikan infrastruktur mereka menuju NGN.

Terobosan kebijakan

Dengan kerangka acuan NGN ini, maka terbentuklah struktur baru di dunia telekomunikasi yang lebih terbuka dibanding dengan era sebelumnya. Dengan prinsip "open architecture", maka setiap pemain dalam industri telekomunikasi, mulai dari penyedia infrastruktur IP, penyedia layanan, dan penyedia informasi (content) akan dapat melakukan inovasi teknologi dengan menggunakan acuan standar untuk menjamin interoperability.

Hal ini akan memacu persaingan dalam industri telekomunikasi dan secara keseluruhan akan membangkitkan berbagai inovasi untuk memunculkan layanan-layanan sebagai sumber pendapatan baru operator telekomunikasi. Sumber pendapatan baru merupakan tantangan terbesar operator telekomunikasi setelah adanya kecenderungan penurunan average revenue per user (ARPU) dari pelanggan telepon kabel dan seluler.

Dalam konteks layanan publik, idealnya layanan komunikasi bukan diposisikan sebagai barang mewah, tetapi sebagai infrastruktur dasar yang disejajarkan dengan infrastruktur jalan raya. Dengan demikian, layanan telekomunikasi akan menjadi penggerak ekonomi masyarakat yang jangkauannya mencapai seluruh pelosok Nusantara.

Sebagai infrastruktur dasar, pemerintah mempunyai posisi strategis untuk mendukung industri telekomunikasi di era NGN. Kita menunggu realisasi jaringan IP nasional yang akan dijadikan fondasi dasar dari next generation network yang menyejajarkan kita dengan negara tetangga seperti Malaysia dengan MSC (Malaysia Super Corridor) dan Singapura dengan program "Singapore One"-nya yang sudah mulai digulirkan beberapa tahun lalu.

Selain itu perlu juga dipikirkan bagaimana memberikan insentif dan menata penggunaan berbagai frekuensi tidak berbayar (unlicenced) yang dapat digunakan sebagai fasilitas publik untuk mendapatkan akses ke jaringan komunikasi global. Contohnya, pemerintahan kota besar yang akan membangun hotspot di seluruh wilayahnya, diberikan hak prioritas sebagai penyelenggara jaringan hotspot untuk melayani layanan komunikasi berbasis wireless broadband.

Layanan ini bisa digunakan untuk penyelenggaraan administrasi pemerintahan, sistem keamanan kota, pendidikan, perdagangan, transportasi, dan sekaligus bisa juga di re-sale ke ISP dan operator telekomunikasi lainnya. Hal ini akan mengurangi kesemrawutan yang terjadi dalam pemakaian teknologi WiFi belakangan ini.

Tidak ada komentar: